Gelombang Panas: Apakah Indonesia Rentan Terkena Dampaknya?

ilustrasi oleh: tim wowhii.com

Apa yang dimaksud dengan gelombang panas?

Menurut BMKG, gelombang panas adalah periode cuaca yang ditandai dengan kenaikan suhu yang tidak biasa dan berlangsung selama setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih. Definisi ini ditetapkan oleh Badan Meteorologi Dunia atau WMO.

Agar suatu peristiwa cuaca bisa dikategorikan sebagai gelombang panas, suhu maksimum harian di lokasi tersebut harus melebihi ambang batas statistik – misalnya, 5 ॰C lebih panas – dari rata-rata klimatologis suhu maksimum.

Bacaan Lainnya

Namun, jika suhu maksimum masih berada dalam rentang yang wajar dan tidak berlangsung lama, maka kondisi tersebut tidak bisa dianggap sebagai gelombang panas.

Secara umum, gelombang panas biasanya terjadi di wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan daratan yang luas, seperti wilayah kontinental atau sub-kontinental.

Di Indonesia, meskipun terletak di wilayah ekuator, keadaan geografisnya adalah kepulauan yang dikelilingi oleh perairan yang luas.

Gelombang panas biasanya terjadi akibat sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu wilayah dengan luas daratan besar yang terjadi secara berturut-turut setiap harinya.

Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan sehingga menjadi mampat dan suhu permukaan meningkat karena adanya umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer.

Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalir masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi berkembang di suatu area akibat umpan balik tersebut, maka semakin panas suhu di area tersebut.

Apakah Indonesia berpotensi mengalami gelombang panas?

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan, menyatakan bahwa Indonesia tidak berpotensi mengalami gelombang panas. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang membantu meredam panas matahari.

Gelombang panas yang terjadi di Eropa dan Asia Selatan disebut sebagai dampak langsung dari pemanasan global dan perubahan iklim. Pola cuaca semakin menjadi akibat dari perubahan iklim yang semakin ekstrem. Meskipun musim kemarau tahun ini akan dipengaruhi oleh fenomena El Nino, hal tersebut tidak dapat disebut sebagai musim kemarau yang berkepanjangan.

Selama tiga tahun terakhir, Indonesia mengalami fenomena La Nina yang menghasilkan banyak hujan pada musim kemarau. Namun, fenomena La Nina ini akan selesai dan menuju ke kondisi normalnya.

Perubahan iklim yang semakin ekstrem seperti El Nino dan gelombang panas akan lebih sering terjadi di masa depan. Fenomena alam seperti siklon tropis juga dapat terjadi, meskipun dulu itu sangat jarang terjadi di Indonesia. Semua indikasi ekstrem tersebut merupakan dampak dari perubahan iklim yang semakin berubah.

Pos terkait